Sejuta rasa sukar untuk ku mengertikan
Menghimpit di hati meresahkan fikiran
Aku sememangnya insan tiada daya
Untuk memutar masa menebus segala
Mengapa kini terjadi diakhir waktu
Kala percintaan kita menuju gerbang
Berkali ku memujuk berkali ku rayu
Teguh pendirian sukar digoyah
Ku tangisi khilafnya diri
Sungguh aku bukan insan sempurna
Ku akui sakitnya hati
Menyakiti hatimu berulang kali
Penyesalan kini tiada berguna
Ku melangkah dengan sejuta rasa
Rasa yang hanya ku seorang tahu
Semoga pengajaran bererti ini
Bisa membuatkan diri dan hatiku
Merenung hikmah disebaliknya
Walaupun jauh disudut hati
Ingin kembali bersamamu
Berkongsi waktu
Namun ku serahkan pada Ilahi
Menentukan semua akan berlaku
Menghimpit di hati meresahkan fikiran
Aku sememangnya insan tiada daya
Untuk memutar masa menebus segala
Mengapa kini terjadi diakhir waktu
Kala percintaan kita menuju gerbang
Berkali ku memujuk berkali ku rayu
Teguh pendirian sukar digoyah
Ku tangisi khilafnya diri
Sungguh aku bukan insan sempurna
Ku akui sakitnya hati
Menyakiti hatimu berulang kali
Penyesalan kini tiada berguna
Ku melangkah dengan sejuta rasa
Rasa yang hanya ku seorang tahu
Semoga pengajaran bererti ini
Bisa membuatkan diri dan hatiku
Merenung hikmah disebaliknya
Walaupun jauh disudut hati
Ingin kembali bersamamu
Berkongsi waktu
Namun ku serahkan pada Ilahi
Menentukan semua akan berlaku
***************************************
Jangan, jangan sesali warna hidupmu yang nanti pasti akan memudar, dan akan meninggalkan dua warna sejati. Sebuah warna yang sama sekali tidak enak dipandang sebagai keindahan. Tapi begitulah kebenaran, kebenaran sering berada pada nuansa yang membosankan. Kau bahkan akan lebih menyesal jika hidupmu lurus tanpa tantangan. Jalan batu-batu lah yang akan menentukan siapa kamu sebagai manusia. Sepi dan hambar adalah dua rasa yang sama-sama datang dari ketakutan atas kondisi. Dua rasa yang sama-sama menjadi ubat.
Lantas kamu menjejalkan pada dirimu tentang rupa-rupa sakit hati yang pernah kamu alami, seperti ingin membuktikan bahwa hidupmu sudah cukup berwarna. Bahkan terlalu berwarna hingga seluruh hidupmu menjadi pekat, sebab warna yang menghiasi hidupmu sudah bercampur menjadi satu akibat larut oleh air matamu yang terlalu sering keluar.
Tak tahukah kamu? Kamu terlalu cengeng, menganggap kisah-kisah sedih yang kamu alami harus ditangisi, hingga hidupmu tak lagi lembab, bahkan becek oleh air mata yang tak perlu. Sesekali kita memang perlu menangis, tapi bukan tangisan sepertimu yang aku maksud. Tangis itu tangis haru atas perjuangan hidupmu yang telah sampai saat itu. Tangis itu adalah tangis buat sekadar istirahat dan berhenti sejenak, merancang rencana dan menilai langkah-langkah masa lalu untuk kau jadikan bekal bagi hidupmu selanjutnya. Hidup tidak selalu bergerak maju, terkadang kita juga perlu mundur beberapa langkah untuk sebuah loncatan tinggi
No comments:
Post a Comment